Kata Pengantar Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga karya sederhana berjudul “Mengabdi dengan Hati, Menuai Prestasi” ini dapat tersusun dengan penuh rasa syukur dan cinta. Karya ini lahir dari perjalanan panjang seorang pendidik yang berusaha menanamkan nilai keikhlasan, keteladanan, dan dedikasi dalam dunia pendidikan. Tulisan ini bukan sekadar catatan tentang tugas dan tanggung jawab, melainkan potret hati seorang guru yang terus belajar untuk memberi makna pada setiap langkah pengabdian. Semoga karya ini dapat menginspirasi rekan sejawat, peserta didik, dan siapa pun yang meyakini bahwa mengajar adalah panggilan jiwa, bukan sekadar profesi. Terima kasih kepada semua pihak yang senantiasa memberi dukungan dan doa dalam setiap langkah perjalanan ini. Semoga Allah meridhai setiap upaya kecil yang tulus untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Tuban, 7 Oktober 2025 Nuriyatun, S.Pd PORTOFOLIO GTK DEDIKATIF Data Diri Nama: Nuriyatun NIP: 198305262022212034 No Hp : 085334546822 Alamat: Dusun Janten, Desa Ngino, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban Lembaga: UPT SD Negeri Kowang 2 1.Profil dan Pengalaman Mengajar Saya, Nuriyatun, memulai perjalanan sebagai pendidik pada tahun 2001, setelah menamatkan pendidikan di MAN Nglawak Kertosono, Nganjuk. Pada waktu itu, di Desa Ngino sangat sulit menemukan tenaga pendidik dengan latar belakang pendidikan menengah. Dalam kegiatan KKN mahasiswa UNIROW tahun 2001, saya turut membantu mendirikan TK Tunas Harapan Ngino. Karena keterbatasan sumber daya manusia — sebagian besar masyarakat hanya lulusan sekolah dasar — kepala desa saat itu meminta saya untuk membantu mengajar di TK tersebut. Dari sanalah langkah awal saya sebagai pendidik dimulai. Pada tahun 2005, saya berpindah mengajar di SDN Ngino 1. Tahun 2010, di sore hari saya dipercaya mengajar di SMK Atab Kecamatan Grabagan, dan malam harinya aktif mengajar program Keaksaraan Fungsional bagi masyarakat desa yang belum mengenal baca tulis. Tidak berhenti di situ, pada tahun 2011, saya mendirikan lembaga PAUD yang hingga kini masih berjalan dan terus berkembang menjadi tempat belajar anak-anak usia dini di sekitar Ngino. Tahun 2016, saya berpindah tugas ke SMP Negeri 1 Plumpang sebagai guru Seni Budaya, sesuai dengan latar belakang pendidikan saya S1 Seni Tari. Selain mengajar, saya juga mendirikan Taman Baca Masyarakat di kawasan Sendang Asmoro, yang menjadi wadah literasi bagi anak-anak dan warga sekitar. Pada tahun 2022, saya resmi diangkat sebagai guru ASN P3K dan bertugas di UPT SD Negeri Kowang 2 hingga sekarang. a.Kiprah dan Dedikasi di Dunia Pendidikan Perjalanan saya di dunia pendidikan tidak selalu mudah. Desa Ngino dulunya dikenal sebagai daerah pinggiran hutan dengan tingkat pendidikan masyarakat yang masih rendah. Ada mitos adat lama yang menyebar luas di masyarakat: > “Untuk apa sekolah tinggi-tinggi? Akhirnya juga akan kembali ke sawah.” Namun, keyakinan saya bahwa pendidikan mampu mengubah nasib dan peradaban mendorong saya untuk terus berjuang. Saya ingin menjadi figur publik pendidikan di desa sendiri — membuktikan bahwa anak desa pun bisa maju dan berdaya. Kini, berkat semangat bersama dan kerja keras banyak pihak, banyak anak dari Desa Ngino yang telah menempuh pendidikan tinggi hingga sarjana (S1). b. Peran Sosial dan Budaya Selain menjadi pendidik, saya juga aktif sebagai pembina ekstrakurikuler seni tari di sekolah. Melalui kegiatan ini, saya berupaya melestarikan nilai-nilai budaya lokal agar tetap hidup di kalangan generasi muda. Saya juga dikenal sebagai penggiat budaya daerah, terutama dalam pelestarian tradisi Keleman, Kupat Sapi, dan Tabuh Lesung, yang menjadi identitas khas Desa Ngino. Di luar sekolah, saya aktif dalam berbagai organisasi masyarakat, yang fokus pada kegiatan keagamaan, sosial, dan budaya, termasuk di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA). Bagi saya, pendidikan tidak hanya berlangsung di ruang kelas, tetapi juga di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Dengan melibatkan semua elemen, kita dapat menumbuhkan karakter, memperkuat spiritualitas, serta menjaga warisan budaya agar tetap lestari. 2.Latar Belakang Dedikasi Perjalanan saya di dunia pendidikan bukanlah jalan yang lurus dan mudah. Selama 21 tahun saya mengabdi sebagai guru GTT, dengan segala keterbatasan dan ketidakpastian. Pada masa itu, kebijakan pemerintah tengah memberlakukan moratorium penerimaan PNS, sehingga tidak ada kesempatan untuk diangkat menjadi pegawai negeri. Saya tetap bertahan dengan gaji Rp50.000 per bulan, jumlah yang bahkan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar keluarga. Tidak jarang, hati ini bergejolak antara bertahan dan menyerah. Ada masa ketika saya berpikir untuk meninggalkan profesi guru, mencari pekerjaan lain yang lebih menjanjikan secara materi. Namun, jiwa pendidik tidak pernah benar-benar bisa berhenti mengajar. Ada rasa tanggung jawab moral yang besar untuk terus menyalakan lentera ilmu bagi anak-anak di desa, walau dalam keadaan apa pun. Saya belajar bahwa menjadi guru bukan sekadar profesi, melainkan panggilan jiwa. Di tengah keterbatasan, saya tetap berusaha memberi yang terbaik. Waktu berjalan, dan akhirnya datang kebijakan baru penerimaan ASN P3K, yang menjadi angin segar bagi para pejuang pendidikan seperti saya. Semangat yang sempat meredup kembali menyala. Saya pun diterima sebagai guru ASN P3K di UPT SD Negeri Kowang 2, tempat di mana langkah dedikasi saya berlanjut hingga kini. Ketika pertama kali mengajar di SDN Kowang 2, saya mendapati bahwa anak-anak belum pernah mengikuti ajang lomba kesenian seperti tari, puisi, menyanyi, maupun pantomim. Dari situlah saya mulai membangun semangat baru. Perlahan namun pasti, anak-anak mulai berani tampil dan mengekspresikan diri. Kini, tari Gambyong dan tari Remo telah menjadi bagian dari kegiatan rutin sekolah. Anak-anak pun sering mendapat undangan tampil di berbagai acara masyarakat maupun instansi. Dalam ajang Student Week tingkat Kabupaten Tuban, mereka berhasil meraih prestasi yang membanggakan. Untuk lomba Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N), kami baru sampai di tingkat kecamatan. Namun, saya yakin dengan kerja keras dan latihan yang lebih terarah, tahun depan kami bisa menembus tingkat kabupaten. Selain seni, perhatian saya kini tertuju pada penguatan literasi anak-anak. Saya percaya, membaca bukan hanya membuka jendela dunia, tetapi juga membentuk karakter dan cara berpikir. Karena itu, saya mengembangkan berbagai program dan terobosan literasi, agar anak-anak gemar membaca sekaligus mampu menulis. Kecintaan saya terhadap dunia menulis turut menguatkan dedikasi ini. Hingga kini, saya telah menerbitkan satu buku solo dan berkontribusi dalam beberapa buku antologi. Saya juga aktif mengikuti berbagai ajang menulis tingkat nasional, dan bersyukur pernah meraih Juara II lomba cerita anak berjudul “Meneladani Akhlak Rasulullah” serta Juara III untuk antologi “Journey of the Heart”. Menulis bagi saya bukan sekadar hobi, tetapi juga cara untuk berbagi inspirasi dan pengalaman hidup. Saya masih terus belajar dan bercita-cita menulis buku pembelajaran anak-anak, yang tidak hanya menarik dibaca, tetapi juga menanamkan nilai-nilai moral, budaya, dan spiritual. Perjalanan ini mengajarkan saya bahwa dedikasi seorang guru sejati tidak diukur dari lamanya mengajar atau besarnya gaji, melainkan dari seberapa besar cinta dan ketulusan yang diberikan untuk membentuk generasi penerus bangsa. 3. Bentuk Dedikasi Dedikasi saya sebagai pendidik berakar dari keyakinan bahwa setiap anak, di mana pun mereka lahir, memiliki hak untuk belajar dan berkembang. Prinsip inilah yang selalu saya pegang dalam setiap langkah pengabdian. Bentuk dedikasi yang saya lakukan tidak hanya sebatas kegiatan mengajar di ruang kelas, tetapi juga mencakup pemberdayaan masyarakat dan pelestarian budaya lokal. Di sekolah, saya berupaya menanamkan nilai-nilai karakter, kejujuran, serta kecintaan terhadap budaya bangsa melalui berbagai kegiatan pembelajaran yang kreatif dan kontekstual. Sebagai guru kelas sekaligus pembina ekstrakurikuler seni tari, saya memperkenalkan anak-anak pada seni tradisional seperti tari Gambyong dan tari Remo, agar mereka tidak hanya cerdas secara akademis tetapi juga berakar pada budaya daerah. Dari kegiatan sederhana di halaman sekolah, anak-anak mulai berani tampil dan bahkan meraih penghargaan di berbagai lomba tingkat kecamatan hingga kabupaten. Selain bidang seni, saya juga berfokus pada penguatan literasi sekolah. Saya membuat pojok baca di kelas, mengadakan program satu minggu satu cerita, serta menggerakkan anak-anak untuk menulis pengalaman mereka sendiri. Dari kegiatan tersebut, banyak anak mulai berani membaca keras di depan kelas, menulis puisi, dan bercerita tentang cita-cita mereka. Di luar jam sekolah, saya terus mengabdikan diri kepada masyarakat. Saya aktif di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA), menjadi penggerak kegiatan keagamaan, sosial, dan budaya di desa, serta turut menjaga kelestarian tradisi lokal seperti Tabuh Lesung, Keleman, dan Kupat Sapi. Melalui kegiatan tersebut, saya ingin menunjukkan bahwa pendidikan sejati tidak hanya diukur dari nilai rapor, tetapi dari keterlibatan anak-anak dalam kehidupan masyarakat dan rasa hormat terhadap akar budaya mereka. Dalam dunia literasi, saya juga mengembangkan diri sebagai guru penulis. Saya menulis bukan hanya untuk prestasi, tetapi sebagai bentuk refleksi dan inspirasi. Dengan karya-karya yang telah saya hasilkan — baik buku solo maupun antologi — saya ingin membuktikan bahwa guru di desa pun mampu berkarya dan berkontribusi dalam dunia literasi nasional. 4. Dampak Dedikasi Dedikasi yang saya lakukan selama ini telah membawa perubahan yang nyata, baik bagi diri saya sendiri, bagi sekolah, maupun bagi masyarakat sekitar. Bagi peserta didik, dampak paling nyata adalah meningkatnya keberanian, kreativitas, dan rasa percaya diri. Anak-anak yang dulu pasif kini lebih berani tampil di depan umum. Mereka berani menari, membaca puisi, bercerita, dan ikut lomba. Semangat belajar mereka tumbuh, dan sekolah menjadi tempat yang menyenangkan untuk mengekspresikan diri. Banyak dari mereka kini memiliki mimpi besar — ingin menjadi guru, dokter, dan bahkan seniman — sesuatu yang dulu jarang mereka ucapkan dengan yakin. Bagi sekolah, kegiatan seni dan literasi yang saya jalankan turut mengangkat citra sekolah di mata masyarakat. SDN Kowang 2 yang dulunya belum dikenal luas, kini sering mendapat undangan untuk tampil dalam berbagai acara budaya dan kegiatan tingkat kecamatan. Program literasi yang saya kembangkan juga mendapat dukungan dari rekan guru, sehingga budaya membaca mulai tumbuh tidak hanya di kalangan siswa, tetapi juga di lingkungan sekolah. Bagi masyarakat Desa Ngino dan sekitarnya, keberadaan saya sebagai guru yang aktif di bidang sosial, budaya, dan keagamaan menjadi penggerak semangat baru. Melalui kegiatan budaya seperti Tabuh Lesung dan Kupat Sapi, masyarakat kembali merasakan makna kebersamaan dan gotong royong. Di sisi lain, keberhasilan saya menjadi ASN P3K memberikan motivasi besar bagi generasi muda desa, bahwa keterbatasan bukan alasan untuk berhenti bermimpi. Bagi diri saya pribadi, pengabdian ini telah menempa keteguhan hati dan menguatkan makna hidup. Dari perjuangan panjang sebagai GTT dengan gaji serba pas-pasan hingga kini menjadi guru ASN, saya belajar bahwa pengabdian dengan hati akan berbuah manis pada waktunya. Setiap senyum anak didik, setiap tepuk tangan di panggung kecil sekolah, dan setiap ucapan terima kasih dari wali murid adalah penghargaan yang jauh lebih berharga daripada apa pun. 5.Penutup Aku hanyalah seorang guru desa yang meniti Langkah sederhana, namun penuh makna. Dari ruang kelas kecil dipelosok Ngino, aku berusaha menghadirkan ebelajaran yang hdup, pembelajaran yang berpihak pada murid, berakar pada budaya, dan berlandaskan cinta tanah air. Melalui karya “Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal”, aku berupaya menanamkan nilai – nilai luhur budaya setempat agar tetap lestari di hati generasi muda. Selama 21 tahun mengabdi, aku belajar bahwa keikhasan lebih kuat dari segala keterbatasan. Setiap kerigat dan do’a yang tertanam ditanah pengabdian initelah tumbuh menjadi semangat baru bagi sekolah dan masyarakat. Dengan segala kerendahan hati dan Ridho Ilahi, saya persembahkan perjalanan ini sebagai bukti bahwa guru desa pun layak mendapatkanpenobatan sebagai guru GTK dedikatif 2025 tingkat Provinsi Jawa Timur, karena dedikasi sejatiselalu tumbuh dari hati yang tulus melayani. PELESTARIAN BUDAYA juara kabupaten Buku Antalogi cerita Anak PENGEMBANGAN DIRI 1.LULUSAN GURU PENGERAK 2024 2. LULUSAN PPG 2024 4. LULUS SEBAGA PEMBINA PRAMUKA KML 3. SEKARANG SEDANG MENEMPUH S2 DIKDAS DI UNIROW TUBAN JALUR RPL. KIPRAH DEDIKASI PENGABDIAN DIMASYARAKAT 1. Sebagai Sekretaris PAC Muslimat NU Kecamatan Semanding 2. Sebagai pengurus bidang Organisasi dan Pendidikan Fatayat NU Kecamatan Semanding 3. Ketua Fatayat Ranting Desa Ngino 4. Pengurus Harian UPZ LAZISNU Kecamatan Semanding 5. Pengurus bidang Dakwah BKMT Kecamatan Semanding 6. Relawan PSM Kecamatan Semanding 7. Ketua KOPWAN “ROYAN FIRDAUS” Desa Ngino 8. Kepala TPQ “ NURUL HIDAYAH”Desa Ngino 9. Ketua komite PAUD TUNAS MULIA Desa Ngino 10. Ketua Komite MA Sumber Sari Kowang 11. Wakil Ketua TP PKK Desa Ngino 12. Sekarang sedang menjalani pelatihan PARALEGAL selama tiga bulan.
Back